Sumber Pencemaran Udara

Unknown | 0 comments
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Udara dimana di dalamnya terkandung sejumlah oksigen, merupakan komponen esensial bagi kehidupan, baik manusia maupun makhluk hidup lainnya. Udara merupakan campuran dari gas, yang terdiri dari sekitar 78 % Nitrogen, 20 % Oksigen; 0,93 % Argon; 0,03 % Karbon Dioksida (CO2) dan sisanya terdiri dari Neon (Ne), Helium (He), Metan (CH4) dan Hidrogen (H2). Udara dikatakan "Normal" dan dapat mendukung kehidupan manusia apabila komposisinya seperti tersebut diatas. Sedangkan apabila terjadi penambahan gas-gas lain yang menimbulkan gangguan serta perubahan komposisi tersebut, maka dikatakan udara sudah tercemar/terpolusi.
Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di bidang kesehatan. Udara sebagai komponen
lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya sehingga dapat memberikan daya dukungan bagi mahluk hidup untuk hidup secara optimal.
Pencemaran udara dewasa ini semakin menampakkan kondisi yang sangat memprihatinkan. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain industri, transportasi, perkantoran, dan perumahan. Berbagai kegiatan tersebut merupakan kontribusi terbesar dari pencemar udara yang dibuang ke udara bebas. Sumber pencemaran udara juga dapat disebabkan oleh berbagai kegiatan alam, seperti kebakaran hutan, gunung meletus, gas alam beracun, dll. Dampak dari pencemaran udara tersebut adalah menyebabkan penurunan kualitas udara, yang berdampak negatif terhadap kesehatan manusia.

B. TUJUAN
1. UMUM
Terwujudnya kualitas udara yang memenuhi syarat sehingga dapat memberikan kenyamanan dan kesehatan bagi masyarakat.

2. KHUSUS
a. Dapat diketahuinya karakteristik dan sumber pencermar udara di lingkungan.
b. Dapat diketahuinya dampak kesehatan yang ditimbulkan dan dapat mengambil tindakan pengandalian.








BAB II
PARAMETER PENCEMAR UDARA
HIDROKARBON (HC)

Hidrokarbon dapat berasalkan proses alamiah dan buatan manusia. Secara alamiah, HC diproduksi oleh tanaman,dekomposisi zat organik; sumber alamiah bagi hidrokarbon adalah sumur-sumur minak dan gas bumi. Tanaman, terutama pohon, seperti genus citrus dan familia Coniferae memproduksi hidrokabon.

A. SIFAT / KARASTERISTIK
Struktur Hidrokarban (HC) terdiri dari elemen hidrogen dan korbon dan sifat fisik HC dipengaruhi oleh jumlah atom karbon yang menyusun molekul HC. HC adalah bahan pencemar udara yang dapat berbentuk gas, cairan maupun padatan. Semakin tinggi jumlah atom karbon, unsur ini akan cenderung berbentuk padatan. Hidrokarbon dengan kandungan unsur C antara 1-4 atom karbon akan berbentuk gas pada suhu kamar, sedangkan kandungan karbon diatas 5 akan berbentuk cairan dan padatan.
HC yang berupa gas akan tercampur dengan gas-gas hasil buangan lainnya. Sedangkan bila berupa cair maka HC akan
membentuk semacam kabut minyak, bila berbentuk padatan akan membentuk asap yang pekat dan akhirnya menggumpal menjadi debu.
Berdasarkan struktur molekulnya, hidrokarbon dapat dibedakan dalam 3 kelompok yaitu hidrokarban alifalik, hidrokarbon aromatik dan hidrokarbon alisiklis. Molekul hidrokarbon alifalik tidak mengandung cincin atom karbon dan semua atom karbon tersusun dalam bentuk rantai lurus atau bercabang.

B. SUMBER DAN DISTRIBUSI
Sebagai bahan pencemar udara, Hidrokarbon dapat berasal dari proses industri yang diemisikan ke udara dan kemudian merupakan sumber fotokimia dari ozon. HC merupakan polutan primer karena dilepas ke udara ambien secara langsung, sedangkan oksidan fotokima merupakan polutan sekunder yang dihasilkan di atmosfir dari hasil reaksi-reaksi yang melibatkan polutan primer. Kegiatan industri yang berpotensi menimbulkan cemaran dalam bentuk HC adalah industri plastik, resin, pigmen, zat warna, pestisida dan pemrosesan karet. Diperkirakan emisi industri sebesar 10 % berupa HC.
Sumber HC dapat pula berasal dari sarana transportasi. Kondisi mesin yang kurang baik akan menghasilkan HC. Pada umumnya pada pagi hari kadar HC di udara tinggi, namun pada siang hari menurun. Sore hari kadar HC akan meningkat dan kemudian menurun lagi pada malam hari.
Adanya hidrokarbon di udara terutama metana, dapat berasal dari sumber-sumber alami terutama proses biologi aktivitas geothermal seperti explorasi dan pemanfaatan gas alam dan minyak bumi dan sebagainya Jumlah yang cukup besar juga berasal dari proses dekomposisi bahan organik pada permukaan tanah, Demikian juga pembuangan sampah, kebakaran hutan dan kegiatan manusia lainnya mempunyai peranan yang cukup besar dalam memproduksi gas hidrakarbon di atmosfir.

C. DAMPAK KESEHATAN
Hidrokarbon diudara akan bereaksi dengan bahan-bahan lain dan akan membentuk ikatan baru yang disebut plycyclic aromatic hidrocarbon (PAH) yang banyak dijumpai di daerah industri dan padat lalulintas. Bila PAH ini masuk dalam paru-paru akan menimbulkan luka dan merangsang terbentuknya sel-sel kanker.
Pengaruh hidrokarbon aromatic pada kesehatan manusia dapat terlihat pada tabel dibawah ini.

Jenis Hidrokarbon = Benzene ( C6H6 )
Konsentrasi ( ppm )= 100
Dampak Kesehatan = Iritasi membran mukosa 3.000 Lemas setelah ½ - 1 Jam
7.500 Pengaruh sangat berbahaya setelah pemaparan 1 jam
20.000 Kematian setelah pemaparan 5 –10 menit
Toluena ( C7H8 ) 200 Pusing lemah dan berkunang-kunang setelah pemaparan 8 jam
600 Kehilangan koordinasi bola mata terbalik setelah pemaparan 8 jam

D. PENGENDALIAN
1. Pencegahan
a. Sumber Bergerak
 Merawat mesin kendaraan bermotor agar tetap baik.
 Melakukan pengujian emisi secara berkala dan KIR kendaraan.
 Memasang filter pada knalpot.
b. Sumber Tidak Bergerak
 Memasang scruber pada cerobong asap.
 Memodifikasi pada proses pembakaran.
c. Manusia
Apabila kadar oksidan dalam udara ambien telah melebihi baku mutu (235 mg/Nm3 dengan waktu pengukuran 1jam) maka
untuk mencegah dampak kesehatan dilakukan upaya-upaya:
 Menggunakan alat pelindung diri, seperti masker gas.
 Mengurangi aktifitas di luar rumah.

2. Penanggulangan
a. Mengganti peralatan yang rusak.
b. Mengatur pertukaran udara didalam ruang, seperti menggunakan exhaust-fan.
c. Bila jatuh korban keracunan maka lakukan :
 Berikan pengobatan atau pernafasan buatan.
 Kirim segera ke Rumah Sakit atau Puskesmas terdekat.

Sistim Perpipaan Pedesaan

Unknown | 0 comments
Sistem perpipaan terdiri atas beberapa macam:
1. Sistem perpipaan terbuka (tree; dead end)
2. Sistem perpipaan tertutup (loop)
3. Gabungan sistem perpipaan terbuka dan tertutup

Sistim perpipaan terbuka (tree; dead end) adalah sistim yang percabangannya terbuka menyerupai pohon (tree) dengan ujung-ujung bebas (dead end). Keuntungan sistim ini ialah proses perhitungannya lebih mudah. Kerugiannya, bila salah satu cabang mengalami kerusakan, maka cabang yang ada di bawahnya akan mengalami hambatan aliran

Sistem perpipaan tertutup (loop) adalah sistim yang percabangannya melingkar membentuk sel-sel (loop). Keuntungan sistim ini, jika terjadi kerusakan pada salah satu cabang, maka pasok air tetap dapat diperoleh dari cabang yang lain. Kerugiannya, proses perhitungannya lebih rumit. Sebab, perhitungannya harus mempertimbangkan keseimbangan tekanan antar sel
Gabungan sistem perpipaan terbuka dan tertutup adalah sistim dimana sebagian percabangan berupa cabang terbuka sedangkan sebagian lainnya berupa cabang melingkar

Sistem perpipaan pedesaan dibangun dengan pertimbangan sebagai berikut:

1. Sistim perpipaan dapat memanfaatkan gaya gravitasi atau jatuh bebas, tanpa memerlukan pemompaan.
2. Kualitas airnya cukup baik, tanpa memerlukan pengolahan.
3. Sistim percabangan terbuka, atau gabungan dengan sistim melingkar sederhana (yang dapat diperlakukan sebagai cabang lurus).
4. Tidak mengandung instalasi tambahan (accessories) yang memerlukan pengoperasian dan perawatan yang ekstensif.

Masyarakat pedesaan adalah masyarakat sederhana, yang setiap harinya telah disibukkan dengan kegiatan mencari nafkah. Sistim perpipaan pedesaan yang memerlukan pompa, memerlukan pengolahan, memerlukan upaya pengoperasian dan pemeliharaan yang tinggi (high operational and maintenance input) patut dipertanyakan kelayakannya. Sebab, walaupun masyarakat pedesaan bukan masyarakat yang bodoh, namun tuntutan kehidupan mereka menentukan prioritas kegiatan dan menyita perhatiannya pada bidang yang lain.


Tentunya, suatu sistim perpipaan tidak diharapkan untuk berfungsi hanya selama beberapa saat saja. Umur pelayanan efektif yang diharapkan lazim disebut dengan istilah periode disain, dengan notasi n. Lalu, berapa lama masa operasional efektif suatu sistim perpipaan yang diharapkan. Ada beberapa aspek yang patut dipertimbangkan:

1. Nilai investasi. Lebih besar biaya atau investasi yang disalurkan ke dalam pembangunan instalasi perpipaan, maka periode disain hendaknya cukup lama.
2. Kerumitan disain. Lebih rumit disain perpipaan yang diterapkan, hendaknya diimbangi dengan umur operasional (atau periode disain) yang memadai.
3. Generasi. Ada sementara perancang yang berpedoman bahwa setiap generasi hendaknya ikut membiayai suatu upaya pembangunan yang dilakukan. Umur suatu generasi kurang lebih adalah 25 tahun.
4. Masa pembangunan dari pemerintah. Beberapa perancang lain menyesuaikan periode disain dengan kurun waktu pembangunan yang diselenggarakan oleh pemerintah, misalnya tahun Pelita (Pembangunan 5 tahun) atau Masa Pembangunan Jangka Panjang (25 tahun).

Jumlah konsumen yang dilayani


Jumlah penduduk. Jika suatu sistim perpipaan dirancang untuk beroperasi selama n tahun, maka ini berarti bahwa sistim perpipaan itu harus tetap dapat melayani jumlah konsumen pada n tahun yang akan datang. Untuk itu perancang perlu melakukan proyeksi penduduk.

Banyak teknik proyeksi kependudukan yang telah dikembangkan dan lazim digunakan oleh para perancang dan pengembang, baik teknik yang sederhana hingga yang sangat canggih. Faktor terpenting dalam proyeksi penduduk adalah laju pertumbuhan penduduk atau population growth rate.

Beberapa diantaranya adalah:


1. Penyetaraan jumlah penduduk. Jika tidak diketahui cara yang tepat untuk memproyeksikan jumlah penduduk di suatu tempat, atau jika data yang tersedia tidak memadai, maka laju pertumbuhan penduduk di suatu desa dianggap sama dengan desa yang lain, yang sekiranya memiliki karakteristik yang sama dari segi sosial ekonomi, budaya, geografis, dll.


2. Cara Arithmatic:

Pn = P0 + nb

Pn = Jumlah penduduk n tahun yang akan datang, orang.

P0 = Jumlah penduduk saat ini, orang.
n = periode disain, n tahun.
b = angka pertumbuhan, orang/tahun.


3. Cara Geometric

Pn = P0 (1 + r%)n

Pn = Jumlah penduduk n tahun yang akan datang, orang.

P0 = Jumlah penduduk saat ini, orang.
n = periode disain, n tahun.
r = angka pertumbuhan, rate of growth, r% per tahun, misalnya 2,34% atau 0,0234.

4. Cara-cara lain, termasuk gabungan dari beberapa cara.


Soal :


Jumlah penduduk desa Pucangjajar pada tahun 1996 adalah 3.000 orang. Diketahui bahwa laju pertumbuhan penduduknya per tahun, r, adalah= 2,34 %. Berapa proyeksi penduduk desa tersebut untuk tahun 2016.


Jawab:

Pn = P0 (1 + r%)n

P20 = 3000 (1 + 2,34%)20

P20 = 3000 (1,0234)20
P20 = 3000 (1,5882) = 4764,6 atau 4765 orang
Catatan
Dalam merancang suatu sistim perpipaan, penduduk umumnya hidup berkelompok di beberapa tempat atau pedusunan sepanjang lintasan pipa yang direncanakan. Proyeksi dilakukan untuk masing-masing kelompok tersebut. Karena itu pelaksanaan perhitungan seperti soal di atas mungkin akan dilakukan berkali kali. Untuk memudahkan perhitungan, maka angka (1 + r%)n digunakan berkali-kali. Untuk itu anda dapat langsung saja menggunakan angka 1,5882 sebagai faktor perkalian untuk masing-masing kelompok penduduk itu. Tentunya jika harga r dan n tetap.

Tingkat konsumsi


Komposisi konsumen. Masyarakat mengkonsumsi air dengan berbagai cara. Cara yang mudah, menimbulkan kecenderungan konsumsi yang tinggi. Apabila masyarakat konsumen mengalami kesulitan untuk mendapatkan air, maka mereka cenderung mengurangi jumlah konsumsinya. Pada dasarnya, ada dua macam cara yang dapat ditempuh oleh konsumen sistim perpipaan:

1. Melalui sambungan rumah. Perpipaan disalurkan hingga mencapai rumah konsumen, sehingga mereka memperoleh air melalui kran di rumah masing-masing.
2. Melalui kran umum (atau public hydrant). Air disalurkan ke suatu desa atau dusun hanya sampai di beberapa tempat saja, yaitu di kran-kran bagi umum. Selanjutnya konsumen harus mengangkut sendiri air dari kran umum tersebut ke rumah masing-masing.

Cara konsumsi lainnya adalah melalui terminal air , melalui penjual air, dll.

Selanjutnya, berapa persen masing-masing konsumen yang menggunakan kran umum dan sambungan rumah, ikut menentukan tingkat konsumsi.

Perubahan pola konsumsi. Adakalanya, konsumen yang semula cukup puas dengan konsumsi melalui kran umum, setelah status sosial ekonominya meningkat, menuntut atau beralih menjadi konsumen melalui sambungan rumah. Berapa persen konsumen kran umum yang berpindah menjadi konsumen sambungan rumah ikut menentukan tingkat konsumsi.

Konsumsi Per Hari, KPH. Setiap orang memerlukan jumlah air yang berbeda-beda. Besarnya Konsumsi Per Hari (KPH) ini dipengaruhi antara lain oleh faktor tingkat sosial ekonomi termasuk tingkat pendapatan, pengaruh kultural religius, dan sebagainya. Sebagai contoh, tingkat konsumsi individual yang minimal atau normal ini besarnya :



Komponen Besarnya
minum 2,5 - 5 liter per orang per hari
memasak 7,5 - 10 liter per orang per hari
mencuci bahan dan alat makan 10 - 15 liter per orang per hari
menggelontor kakus 5 - 20 liter per orang per hari
mandi (dua kali) 60 - 90 liter per orang per hari
mencuci pakaian 10 - 20 liter per orang per hari
wdhlu (lima kali) 35 - 50 liter per orang per hari
mencuci lantai 25 - 75 liter
mencuci mobil 90 - 200 liter/mobil

Data paling andal mengenai tingkat konsumsi air sehari-hari adalah yang berasal dari penelitian langsung di lapangan pada saat dilakukan perencanaan. Data yang bersumber pada buku teks hendaknya digunakan dengan bijaksana.


Kenaikan Konsumsi


Karena peningkatan status sosial ekonomi, atau karena memang secara alami, kebutuhan air seseorang mengalami peningkatan. Ini wajar dilakukan oleh seorang perancang. Sebagai contoh, para perancang di bidang irigasi pertanianpun mempunyai standar kenaikan tingkat kebutuhan air, misalnya dalam satuan liter per detik per hektar. Untuk konsumsi air bersih, dapat digunakan salah satu pedoman yang menetapkan kenaikan sebesar 1 liter per orang per hari per tahun (1 LOH/tahun).

Jadi, jika periode disain-nya adalah 20 tahun, maka tingkat konsumsi per kapita naik sebesar 20 liter perhari.

Konsumsi Hari Maksimum, HM. Pengaruh kultural religius ini antara lain tercermin pada adanya pengingkatan konsumsi pada hari-hari tertentu, misalnya hari raya Idul Fitri, adanya perhelatan perkawinan, dan sebagainya. Perancang harus mempertimbangkan lonjakan ini dalam menentukan ukuran sistim, misalnya ukuran pipa. Tingkat konsumsi yang memperhitungkan faktor pengaman untuk menanggulangi lonjakan konsumsi ini disebut tingkat konsumsi Hari Maximum (Maximum Day concumption). Perancang harus menentukan besarnya tingkat konsumsi Hari Maximum yang sesuai untuk daerah sasaran. Ada sementara perancang yang menggunakan pedoman


tingkat konsumsi Hari Maximum, HM = 1,2 x rata-rata konsumsi per hari perseorangan


Dalam penggunaannya, tingkat konsumsi Hari Maximum, HM digunakan untuk menghitung pipa induk

Pipa induk (main line), disebut juga pipa transmisi (transmission line), atau pipa pengumpan (feeder line)
adalah cabang perpipaan dimana belum dilakukan pelayanan pada konsumen. Biasanya diameternya paling besar.

Konsumsi Jam Puncak, JP. Konsumsi pada waktu pagi dan sore hari berbeda dengan tingkat konsumsi pada siang dan malam hari. Sehingga secara praktis dapat disimpulkan bahwa kebutuhan selama 24 jam kenyataannya dikonsumsi hanya dalam waktu 12 jam, misalnya pukul 04:00-10:00 dan pukul 15:00-21:00. Berati, pipa harus dapat menampung lonjakan konsumsi, yang disebut konsumsi Jam Puncak, sebesar dua kali lipat:


Konsumsi Jam Puncak, JP = 2 x konsumsi Hari Maksimum

= 2 x 1,2 rata-rata konsumsi per hari perseorangan
= 2,4 rata-rata KPH perseorangan

Dalam penggunaannya, tingkat Konsumsi Jam Puncak, JP digunakan untuk menghitung pipa distribusi

Pipa distribusi (distribution line), disebut juga pipa pelayanan (service line) adalah cabang-cabang perpipaan dimana dilakukan pasokan air kepada konsumen.

Konsumsi industri rumah tangga. Dewasa ini dapat dijumpai industri-industri rumah tangga yang tumbuh dan berkembang di pelosok pedesaan, misalnya industri makanan dan minuman, ataupun proses-proses produksi lainnya. Ini semua memerlukan air bersih. Jika jumlahnya cukup bermakna, maka perancang sistim perpipaan juga harus memperhitungkan kebutuhan ini. Jumlah kebutuhan untuk industri, dll lazimnya dinyatakan dalam persentase (%) dari KPH rata-rata.


Kebocoran. Dalam suatu sistim perpipaan untuk masyarakat pedesaan selalu terjadi kebocoran-kebocoran. Kebocoran ini sebenarnya ada dua macam:


1. Kebocoran teknis, yaitu adanya ketidak sempurnaan atau kerusakan dalam instalasi perpipaan sehingga menyebabkan kebocoran air.

2. Kebocoran non teknis, yaitu kecerobohan dalam penggunaan air sehingga air terbuang percuma. Salah satu faktor yang membantu terjadinya kebocoran non teknis ini ialah jika sistim tarif perpipaan dikenakan secara rata-rata untuk seluruh konsumen, tanpa mempedulikan besarnya konsumsi tiap-tiap konsumen (sistim perpipaan tanpa meter-an). Jika konsumen dikenakan tarif berdasarkan meter-an, maka ada kecenderungan untuk penghematan.
Kebocoran memang terjadi, tetapi hal ini hendaknya diantisipasi oleh perancang, sehingga dapat diperhitungkan. Tujuannya ialah agar kebutuhan air masyarakat tetap dapat terpenuhi. Besarnya kebocoran lazimnya dinyatakan dalam persentase (%) dari KPH rata-rata.

Faktor pengaman lainnya. Dalam buku-buku hidrolika atau yang membahas teknologi penyediaan air, anda dapat menjumpai faktor pengaman lain, selain konsumsi hari maksimum atau konsumsi jam puncak. Angkanyapun berbeda-beda. Jika anda merancang sistim perpipaan pedesaan, gunakan angka-angka yang dirumuskan dan diberlakukan untuk negara-negara berkembang

Laporan Praktek Pengambilan Sampel Air

Unknown | 0 comments

Cara membuat Web Gratis Dengan Jomla

Unknown | 0 comments
1.Backup Database
2.Kompres direktori Joomla
3.Login ke CPANEL dan Upload File
4.Extrack file dan memindahkan ke direktori WWW
5.Membuat Databases MySQL, membuat User Database dan Restore Database
6.Mengubah konfigurasi database joomla

http://rahasiatutorial.blogspot.com/2010/10/cara-upload-joomla-ke-web-hosting.html http://joomblaster.com/tutorial-joomla/cara-upload-manual-web-joomla.html buat web gratis Cara

Membuat Website Gratis ini cukup mudah sebenarnya hanya ada dua hal yang perlu anda persiapkan yaitu :

* Domain Gratis
* Hosting Gratis

Nah jika yang serba gratis ini sudah siap maka anda tinggal melakukan sedikit set up dan website gratis akan dapat anda pergunakan baik untuk keperluan belajar, cari uang lewat internet,atau sekedar narsis-narsis an :)

langkahnya adalah sebagai berikut :

* Domain Gratis untuk domain gratis anda dapat mendaftar di WWW.CO.CC
* Stelah itu tinggalkan sebentar untuk mencari Hosting Gratis misal di WWW.0FEES.NET setalah anda mendaftar disitu anda
* Masuk lagi ke akun WWW.CO.CC anda dan setting name server anda di akun hosting misal menjadi NS1.ofees.net dan ns2.ofees.net ( sseuai dengan name server yang anda dapat di hosting gratis anda)
* Setelah itu masuk lagi ke akun hosting anda ( Cpanel / Vista panel) pilih add ons domain misal domain anda trikpointblank.co.cc ( domain saya) tambahkan domain tersebut ke akun hosting anda.
* Tunggu masa propagasi hingga server domain dan hosting menjadi resolve
* Akun website anda sudah siap.
* Anda tinggal mengupload file website anda atau menggunakan fantastico / script installer di hosting untuk membuat website atau blg secara instan, misal menggunakan joomla, wordpress dan sebagainya

http://barumbung.blogspot.com/2009/01/panduan-membuat-website-gratis-tis-tis.html http://blog.solowebspace.com/cara-membuat-website-gratis.html

semoga membantu

Laporan Identifikasi Pencemaran Badan Air

Unknown | 0 comments

Identifikasi Masalah Pencemaran dan Badan Air

Unknown | 0 comments

Pencemaran Lingkungan

Unknown | 0 comments
BAB I
PENDAHULUAN

Lingkungan biasanya diartikan sebagai sesuatu yang ada di sekeliling kehidupan atau organisme. Lingkungan adalah kumpulan dari segala sesuatu yang membentuk kondisi dan akan mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung baik kepada kehidupan dalam bentuk individual maupun kuminitas pada tempat tertentu.
Masalah pencemaran merupakan suatu masalah yang sangat populer, banyak dibahas oleh kalangan masyarakat di seluruh permukaan bumi kita ini. Masalah pencemaran merupakan suatu masalah yang sangat perlu mendapat penanganan secara serius oleh semua pihak untuk dapat menanggulangi akibat buruk yang terjadi karena pencemaran, bahkan sedapat mungkin untuk dapat mencegah jangan sampai terjadi pencemaran lingkungan.
Pencemaran lingkungan terjadi bila daur materi dalam lingkungan hidup mengalami perubahan, sehingga keseimbangan dalam hal struktur maupun fungsinya terganggu. Ketidak seimbangan struktur dan fungsi daur materi terjadi karena proses alam atau juga karena perbuatan manusia. Dalam abad modern ini banyak kegiatan atau perbuatan manusia untuk memenuhi kebutuhan biologis dan kebutuhan teknologi sehingga banyak menimbulkan pencemaran lingkungan. Manusia adalah merupakan satu¬satunya komponen Lingkungan Hidup biotik yang mempunyai kemampuan untuk dengan sengaja merubah keadaan lingkungan hidup. Dalam usaha merubah lingkungan hidupnya ini dengan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya dapat menimbulkan masalah yang disebut pencemaran. Manusia juga dapat merubah keadaan lingkungan yang tercemar akibat berbuatannya ini menjadi keadaan lingkungan yang lebih baik, menjadi keadaan seimbang, dapat mengurangi terjadinya pencemaran lingkungan, bahkan diharapkan untuk dapat mecegah terjadinya pencemaran.
Ditinjau dari segi ilmu kimia yang disebut pencemaran lingkungan adalah peristiwa penyebaran bahan kimia dengan kadar tertentu yang dapat merubah keadaan keseimbangan pada daur materi, baik keadaan struktur maupun fungsinya sehingga mengganggu kesejahteraan manusia. Pencemaran lingkungan ini perlu mendapat penanganan secara serius oleh semua pihak, karena pencemaran lingkungan dapat menimbulkan gangguan terhadap kesejahteraan kesehatan bahkan dapat berakibat terhadap jiwa manusia.
Berdasarkan medium fisik lingkungan tempat tersebarnya bahan kimia ini, maka pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh bahan kimia dapat dibagi menjadi tiga jenis pencemaran, yaitu:
1. Pencemaran tanah
2. Pencemaran udara
3. Pencemaran air
Perubahan keadaan bahan kimia yang tersebar dalam ketiga medium fisik lingkungan ini, baik secara langsung maupun tidak dapat akan berpengaruh terhadap kesejahteraan hidup manusia dan mahluk hidup lainnya. Pengaruh ini dapat terjadi dalam penggunaan: Medium air, untuk keperluan minum, memasak, sebagai pembersih, untuk keperluan industri dan pertanian. Medium tanah, untuk pertanian, tempat rekreasi, tempat olah raga, tempat tinggal dan sebagainya. Medium udara, semua makhluk hidup memerlukan udara untuk bernafas, tanpa udara di bumi ini tidak akan ada kehidupan.
BAB II
PEMBAHASAN

PENGERTIAN POLUSI LINGKUNGAN
Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya (Undang-undang Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 1982).
Zat atau bahan yang dapat mengakibatkan pencemaran disebut polutan. Syarat-syarat suatu zat disebut polutan bila keberadaannya dapat menyebabkan kerugian terhadap makhluk hidup. Contohnya, karbon dioksida dengan kadar 0,033% di udara berfaedah bagi tumbuhan, tetapi bila lebih tinggi dari 0,033% dapat memberikan efek merusak.
Suatu zat dapat disebut polutan apabila:
1. jumlahnya melebihi jumlah normal
2. berada pada waktu yang tidak tepat
3. berada pada tempat yang tidak tepat
Sifat polutan adalah:
1. merusak untuk sementara, tetapi bila telah bereaksi dengan zat lingkungan tidak merusak lagi
2. merusak dalam jangka waktu lama.
3. Contohnya Pb tidak merusak bila konsentrasinya rendah. Akan tetapi
dalam jangka waktu yang lama, Pb dapat terakumulasi dalam tubuh
sampai tingkat yang merusak.

MACAM-MACAM PENCEMARAN
Macam-macam pencemaran dapat dibedakan berdasarkan pada tempat terjadinya, macam bahan pencemarnya, dan tingkat pencemaran.
a. Menurut tempat terjadinya
Menurut tempat terjadinya, pencemaran dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu pencemaran udara, pencemaran air, dan pencemaran tanah.
1. Pencemaran udara
Udara di alam tidak pernah ditemukan bersih tanpa polutan. Beberapa gas seperti sulfur dioksida, hidrogen sulfida, dan karbon monoksida selalu dibebaskan keudara sebagai produk sampingan dari proses-proses alami seperti aktifitas vulkanik, pembusukkan sampah tanaman, kebakaran hutan, dsb. Selain itu, partikel-partikel padatan atau cairan berukuran kecildapat tersebar di udara oleh angin, letusan vulkanik atau gangguan alam lainnya. Selain disebabkan polutan alami tersebut, polusi udara juga dapat disebabkan oleh aktivitas manusia. Pencemar udara dapat berupa gas dan partikel. Contohnya sebagai berikut.
a) Gas H2S. Gas ini bersifat racun, terdapat di kawasan gunung berapi, bisa juga dihasilkan dari pembakaran minyak bumi dan batu bara.
b) Gas CO dan CO2. Karbon monoksida (CO) tidak berwarna dan tidak berbau, bersifat racun, merupakan hasil pembakaran yang tidak sempurna dari bahan buangan mobil dan mesin letup. Gas CO2 dalam udara murni berjumlah 0,03%. Bila melebihi toleransi dapat mengganggu pernapasan. Selain itu, gas C02 yang terlalu berlebihan di bumi dapat mengikat panas matahari sehingga suhu bumi panas. Pemanasan global di bumi akibat C02 disebut juga sebagai efek rumah kaca.
c) Partikel SO2 dan NO2. Kedua partikel ini bersama dengan partikel cair membentuk embun, membentuk awan dekat tanah yang dapat mengganggu pernapasan. Partikel padat, misalnya bakteri, jamur, virus, bulu, dan tepung sari juga dapat mengganggu kesehatan.
d) Batu bara yang mengandung sulfur melalui pembakaran akan menghasilkan sulfur dioksida. Sulfur dioksida bersama dengan udara serta oksigen dan sinar matahari dapat menghasilkan asam sulfur. Asam ini membentuk kabut dan suatu saat akan jatuh sebagai hujan yang disebut hujan asam. Hujan asam dapat menyebabkan gangguan pada manusia, hewan, maupun tumbuhan. Misalnya gangguan pernapasan, perubahan morfologi pada daun, batang, dan benih.
Sumber polusi udara lain dapat berasal dari radiasi bahan radioaktif, misalnya, nuklir. Setelah peledakan nuklir, materi radioaktif masuk ke dalam atmosfer dan jatuh di bumi. Materi radioaktif ini akan terakumulusi di tanah, air, hewan, tumbuhan, dan juga pada manusia. Efek pencemaran nuklir terhadap makhluk hidup, dalam taraf tertentu, dapat menyebabkan mutasi, berbagai penyakit akibat kelainan gen, dan bahkan kematian.
Komposisi udara kering di mana semua uap air telah dihilangkan relatif konstan. Pencemaran udara dinyatakan dalam persen atau per sejuta (ppm = part per million) yang artinya jumlah cm3 polutan per m3 udara.

Komponen Formula Persen Volume ppm

Nitrogen N2 78.08 780800
Oksigen O2 20.95 209500
Argon Ar 0.934 9340
Karbon dioksida CO2 0.0314 314
Neon Ne 0.00182 18
Helium He 0.000524 5
Metana CH4 0.0002 2
kripton Kr 0.000114 1
Sumber : Stroker dan Seager (1972)

Pencemaran Udara Yang Terjadi Di Indonesia
Indonesia merupakan negara di dunia yang paling banyak memiliki gunung berapi (sekitar 137 buah dan 30% masih dinyatakan aktif). Oleh sebab itu Indonesia mudah mengalami pencemaran secara alami. Selain itu adanya kebakaran hutan akibat musim kemarau panjang ataupun pembakaran hutan yang disengaja untuk memenuhi kebutuhan seperti terjadi di Kalimantan dan di Sumatera dalam tahun 1997 dan tahun 1998 menyebabkan terjadinya pencemaran yang cukup menghawatirkan, karena asap tebal hasil kebakaran tersebut menyeberang ke negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia. Asap tebal dari hasil kebakaran hutan ini sangat merugikan, baik dalam segi ekonomi, transportasi (udara, darat dan laut) dan kesehatan. Akibat asap tebal tersebut menyebabkan terhentinya alat-alat transportasi karena dikhawatirkan akan terjadi tabrakan. Selain itu asap itu merugikan kesehatan yaitu menyebabkan sakit mata, radang tenggorokan, radang paru-paru dan sakit kulit. Pencemaran udara lainnya berasal dari limbah berupa asap yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar kedaraan bermotor dan limbah asap dari industri.
Cara penanggulangannya
Untuk dapat menanggulangi terjadinya pencemaran udara dapat dilakukan beberapa usaha antara lain: mengganti bahan bakar kendaraan bermotor dengan bahan bakar yang tidak menghasilkan gas karbon monoksida dan diusahakan pula agar pembakaran yang terjadi berlangsung secara sempurna, selain itu pengolahan/daur ulang atau penyaringan limbah asap industri, penghijauan untuk melangsungkan proses fotosintesis (taman bertindak sebagai paru-paru kota), dan tidak melakukan pembakaran hutan secara sembarangan, serta melakukan reboisasi/penanaman kembali pohon¬pohon pengganti yang penting adalah untuk membuka lahan tidak dilakukan pembakaran hutan, melainkan dengan cara mekanik.

Dampak negatif dan dampak positif
Di atas telah Anda pelajari bahwa pencemaran udara dapat memberikan dampak negatif bagi makhluk hidup, manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan. Kebakaran hutan dan gunung api yang meletus menyebabkan banyak hewan yang kehilangan tempat berlindung, banyak hewan dan tumbuhan mati bahkan punah. Gas-gas oksida belerang (SO2 dan SO3) bereaksi dengan uap air, dan air hujan dapat menyebabkan terjadinya hujan asam yang dapat merusak gedung-gedung, jembatan, patung-patung sehingga mengakibatkan tumbuhan mati atau tidak bisa tumbuh. Gas karbon monoksida bila terhisap masuk ke dalam paru-paru bereaksi dengan haemoglobin menyebabkan terjadinya keracunan darah dan masih banyak lagi dampak negatif yang disebabkan oleh pencemaran udara.
Pencemaran udara selain memberikan dampak negatif, juga dapat memberikan dampak positif antara lain, lahar dan partikulat-partikulat yang disemburkan gunung berapi yang meletus, bila sudah dingin menyebabkan tanah menjadi subur, pasir dan batuan yang dikeluarkan gunung berapi yang meletus dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan. Gas karbon monoksida bila bereaksi dengan oksigen di udara menghasilkan gas karbon dioksida bisa dimanfaatkan bagi tumbuh-tumbuhan untuk melangsungkan fotosintesis untuk menghasilkan karbohidrat yang sangat berguna bagi makhluk hidup.



2. Pencemaran air
Polusi air adalah penyimpangan sifat-sifat air dari keadaan normal, bukan dari kemuniannya. Air yang tersebar dialam tidak pernah terdapat dalam bentuk murni, tetapi bukan berarti semua air sudah terpolusi. Sebagai contoh, meskipun didaerah pegunungan atau hutan yang terpencil dengan udara yang bersih dan bebas polusi, air hujan selalu mengandung bahan-bahan terlarut seperti CO2, O2, dan N2, serta bahan-bahan tersuspensi seperti debu dan partikel-partikel lainnya yang terbawa dari atmosfer. Air permukaan dan air sumur biasanya mengandung bahan-bahan metal terlarut seperti Na, Mg, Ca, dan Fe.
Dari contoh-contoh diatas, jelas bahwa air yang tidak terpolusi tidak selalu merupakan air murni, tetapi adalah air yang tidak mengandung bahan-bahan asing tertentu dalam jumlah yang melebihi batas yang ditetapkan, sehingga air tersebut dapat digunakan secara normal unutk keperluan tertentu. Jadi polusi air adalah adanya benda-benda asing yang mengakibatkan air tersebut tidak dapat digunakan secara normal.
Polusi air dapat disebabkan oleh beberapa jenis pencemar sebagai berikut.
a) Pembuangan limbah industri, sisa insektisida, dan pembuangan sampah domestik, misalnya, sisa detergen mencemari air. Buangan industri seperti Pb, Hg, Zn, dan CO, dapat terakumulasi dan bersifat racun.
b) Sampah organik yang dibusukkan oleh bakteri menyebabkan 02 di air berkurang sehingga mengganggu aktivitas kehidupan organisme air.
c) Fosfat hasil pembusukan bersama HO3 dan pupuk pertanian terakumulasi dan menyebabkan eutrofikasi, yaitu penimbunan mineral yang menyebabkan pertumbuhan yang cepat pada alga (Blooming alga). Akibatnya, tanaman di dalam air tidak dapat berfotosintesis karena sinar matahari terhalang.
Salah satu bahan pencemar di laut adalah tumpahan minyak bumi, akibat kecelakaan kapal tanker minyak yang sering terjadi. Banyak organisme akuatik yang mati atau keracunan karenanya. Untuk membersihkan kawasan tercemar diperlukan koordinasi dari berbagai pihak dan dibutuhkan biaya yang mahal. Bila terlambat penanggulangannya, kerugian manusia semakin banyak. Secara ekologis, dapat mengganggu ekosistem laut.
Bila terjadi pencemaran di air, maka terjadi akumulasi zat pencemar pada tubuh organisme air. Akumulasi pencemar ini semakin meningkat pada organisme pemangsa yang lebih besar.

3. Pencemaran tanah
Sumber Bahan Pencemar Tanah
Karena pencemar tanah mempunyai hubungan erat dengan pencemaran udara dan pencemaran air, makan sumber pencemar udara dan sumber pencemar air pada umumnya juga merupakan sumber pencemar tanah. Sebagai contoh gas-gas oksida karbon, oksida nitrogen, oksida belerang yang menjadi bahan pencemar udara yang larut dalam air hujan dan turun ke tanah dapat menyebabkan terjadinya hujan asam sehingga menimbulkan terjadinya pencemaran pada tanah. Air permukaan tanah yang mengandung bahan pencemar misalnya tercemari zat radioaktif, logam berat dalam limbah industri, sampah rumah tangga, limbah rumah sakit, sisa-sisa pupuk dan pestisida dari daerah pertanian, limbah deterjen, akhirnya juga dapat menyebabkan terjadinya pencemaran pada tanah daerah tempat air permukaan ataupun tanah daerah yang dilalui air permukaan tanah yang tercemar tersebut.
Dari pembahasan tersebut di atas, maka sumber bahan pencemar tanah dapat dikelompokkan juga menjadi sumber pencemar yang berasal dari:
a. Sampah rumah tangga, sampah pasar dan sampah rumah sakit.
b. Gunung berapi yang meletus/kendaraan bermotor.
c. Limbah industri.
d. Limbah reaktor atom/PLTN

Komponen Bahan Pencemar Tanah
Komponen-komponen bahan pencemar yang diperoleh dari sumber-sumber bahan pencemar tersebut di atas antara lain berupa:
a) Senyawa organik yang dapat membusuk karena diuraikan oleh mikroorganisme, seperti sisa-sisa makanan, daun, tumbuh-tumbuhan dan hewan yang mati.
b) Senyawa organik dan senyawa anorganik yang tidak dapat dimusnahkan/ diuraikan oleh mikroorganisme seperti plastik, serat, keramik, kaleng-kaleng dan bekas bahan bangunan, menyebabkan tanah menjadi kurang subur, botol, karet sintesis, pecahan kaca dan kaleng
c) Pencemar Udara berupa gas yang larut dalam air hujan seperti oksida nitrogen (NO dan NO2), oksida belerang (SO2 dan SO3), oksida karbon (CO dan CO2), menghasilkan hujan asam yang akan menyebabkan tanah bersifat asam dan merusak kesuburan tanah/ tanaman.
d) Pencemar berupa logam-logam berat yang dihasilkan dari limbah industri seperti Hg, Zn, Pb, Cd dapat mencemari tanah.
e) Zat radioaktif yang dihasilkan dari PLTN, reaktor atom atau dari percobaan lain yang menggunakan atau menghasikan zat radioaktif.
f) Detergen yang bersifat non biodegradable (secara alami sulit diuraikan)
g) Zat kimia dari buangan pertanian, misalnya pestisida..
Pencegahan dan penanggulangan merupakan dua tindakan yang tidak dapat dipisah-pisahkan dalam arti biasanya kedua tindakan ini dilakukan untuk saling menunjang, apabila tindakan pencegahan sudah tidak dapat dilakukan, maka dilakukan langkah tindakan. Namun demikian pada dasarnya kita semua sependapat bahwa tindakan pencegahan lebih baik dan lebih diutamakan dilakukan sebelum pencemaran terjadi, apabila pencemaran sudah terjadi baik secara alami maupun akibat aktivisas manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, baru kita lakukan tindakan penanggulangan.
Tindakan pencegahan dan tindakan penanggulangan terhadap terjadinya pencemaran dapat dilakukan dengan berbagai cara sesuai dengan macam bahan pencemar yang perlu ditanggulangi. Langkah-langkah pencegahan dan penanggulangan terhadap terjadinya pencemaran antara lain dapat dilakukan sebagai berikut:
Langkah pencegahan
Pada umumnya pencegahan ini pada prinsipnya adalah berusaha untuk tidak menyebabkan terjadinya pencemaran, misalnya mencegah/mengurangi terjadinya bahan pencemar, antara lain:
1) Sampah organik yang dapat membusuk/diuraikan oleh mikroorganisme antara lain dapat dilakukan dengan mengukur sampah-sampah dalam tanah secara tertutup dan terbuka, kemudian dapat diolah sebagai kompos/pupuk. Untuk mengurangi terciumnya bau busuk dari gas-gas yang timbul pada proses pembusukan, maka penguburan sampah dilakukan secara berlapis-lapis dengan tanah.
2) Sampah senyawa organik atau senyawa anorganik yang tidak dapat dimusnahkan oleh mikroorganisme dapat dilakukan dengan cara membakar sampah-sampah yang dapat terbakar seperti plastik dan serat baik secara individual maupun dikumpulkan pada suatu tempat yang jauh dari pemukiman, sehingga tidak mencemari udara daerah pemukiman. Sampah yang tidak dapat dibakar dapat digiling/dipotong-potong menjadi partikel-partikel kecil, kemudian dikubur.
3) Pengolahan terhadap limbah industri yang mengandung logam berat yang akan mencemari tanah, sebelum dibuang ke sungai atau ke tempat pembuangan agar dilakukan proses pemurnian.
4) Sampah zat radioaktif sebelum dibuang, disimpan dahulu pada sumur¬sumur atau tangki dalam jangka waktu yang cukup lama sampai tidak berbahaya, baru dibuang ke tempat yang jauh dari pemukiman, misal pulau karang, yang tidak berpenghuni atau ke dasar lautan yang sangat dalam.
5) Penggunaan pupuk, pestisida tidak digunakan secara sembarangan namun sesuai dengan aturan dan tidak sampai berlebihan.
6) Usahakan membuang dan memakai detergen berupa senyawa organik yang dapat dimusnahkan/diuraikan oleh mikroorganisme.

Langkah penanggulangan
Apabila pencemaran telah terjadi, maka perlu dilakukan penanggulangan terhadap pencemara tersebut. Tindakan penanggulangan pada prinsipnya mengurangi bahan pencemar tanah atau mengolah bahan pencemar atau mendaur ulang menjadi bahan yang bermanfaat. Tanah dapat berfungsi sebagaimana mestinya, tanah subur adalah tanah yang dapat ditanami dan terdapat mikroorganisme yang bermanfaat serta tidak punahnya hewan tanah. Langkah tindakan penanggulangan yang dapat dilakukan antara lain dengan cara:
1) Sampah-sampah organik yang tidak dapat dimusnahkan (berada dalam jumlah cukup banyak) dan mengganggu kesejahteraan hidup serta mencemari tanah, agar diolah atau dilakukan daur ulang menjadi barang¬barang lain yang bermanfaat, misal dijadikan mainan anak-anak, dijadikan bahan bangunan, plastik dan serat dijadikan kesed atau kertas karton didaur ulang menjadi tissu, kaca-kaca di daur ulang menjadi vas kembang, plastik di daur ulang menjadi ember dan masih banyak lagi cara-cara pendaur ulang sampah.
2) Bekas bahan bangunan (seperti keramik, batu-batu, pasir, kerikil, batu bata, berangkal) yang dapat menyebabkan tanah menjadi tidak/kurang subur, dikubur dalam sumur secara berlapis-lapis yang dapat berfungsi sebagai resapan dan penyaringan air, sehingga tidak menyebabkan banjir, melainkan tetap berada di tempat sekitar rumah dan tersaring. Resapan air tersebut bahkan bisa masuk ke dalam sumur dan dapat digunakan kembali sebagai air bersih.
3) Hujan asam yang menyebabkan pH tanah menjadi tidak sesuai lagi untuk tanaman, maka tanah perlu ditambah dengan kapur agar pH asam berkurang.
4) Dengan melakukan tindakan pencegahan dan penanggulangan terhadap terjadinya pencemaran lingkungan hidup (pencemaran udara, pencemaran air dan pencemaran tanah) berarti kita melakukan pengawasan, pengendalian, pemulihan, pelestarian dan pengembangan terhadap pemanfaatan lingkungan) udara, air dan tanah) yang telah disediakan dan diatur oleh Allah sang pencipta, dengan demikian berarti kita mensyukuri anugerah-Nya.

4. Pencemaran/polusi suara
Polusi suara disebabkan oleh suara bising kendaraan bermotor, kapal terbang, deru mesin pabrik, radio/tape recorder yang berbunyi keras sehingga mengganggu pendengaran.

b. Menurut macam bahan pencemar
Macam bahan pencemar adalah sebagai berikut.
1. Kimiawi; berupa zat radioaktif, logam ( Hg, Pb, As, Cd, Cr dan H), pupuk anorganik, pestisida, detergen dan minyak.
2. Biologi; berupa mikroorganisme, misalnya Escherichia coli, Entamoeba coli, dan Salmonella thyposa.
3. Fisik: berupa kaleng-kaleng, botol, plastik, dan karet
c. Menurut tingkat pencemaran
Menurut WHO, tingkat pencemaran didasarkan pada kadar zat pencemar dan waktu (lamanya) kontak. Tingkat pencemaran dibedakan menjadi 3, yaitu sebagai berikut
1. Pencemaran yang mulai mengakibatkan iritasi (gangguan) ringan pada panca indra dan tubuh serta telah menimbulkan kerusakan pada ekosistem lain. Misalnya gas buangan kendaraan bermotor yang menyebabkan mata pedih.
2. Pencemaran yang sudah mengakibatkan reaksi pada faal tubuh dan menyebabkan sakit yang kronis. Misalnya pencemaran Hg (air raksa) di Minamata Jepang yang menyebabkan kanker dan lahirnya bayi cacat.
3. Pencemaran yang kadar zat-zat pencemarnya demikian besarnya sehingga menimbulkan gangguan dan sakit atau kematian dalam lingkungan. Misalnya pencemaran nuklir.

PARAMETER PENCEMARAN
Dengan mengetahui beberapa parameter yang ads pads daerah/kawasan penelitian akan dapat diketahui tingkat pencemaran atau apakah lingkungan itu sudah terkena pencemaran atau belum. Paramaterparameter yang merupakan indikator terjadinya pencemaran adalah sebagai berikut :
a) Parameter kimia
Parameter kimia meliputi C02, pH, alkalinitas, fosfor, dan logam-logam berat.
b) Parameter biokimia
Parameter biokimia meliputi BOD (Biochemical Oxygen Demand), yaitu jumlah oksigen dalam air. Cars pengukurannya adalah dengan menyimpan sampel air yang telah diketahui kandungan oksigennya selama 5 hari. Kemudian kadar oksigennya diukur lagi. BOD digunakan untuk mengukur banyaknya pencemar organik. Menurut menteri kesehatan, kandungan oksigen dalam air minum atau BOD tidak boleh kurang dari 3 ppm.

c) Parameter fisik
Parameter fisik meliputi temperatur, warna, rasa, bau, kekeruhan, dan radioaktivitas.

d) Parameter biologi
Parameter biologi meliputi ada atau tidaknya mikroorganisme, misalnya, bakteri Escherichia coli, Streptokokus fekal, dan Clostridium perfringens, serta virus, bentos, dan plankton. Organisme patogen tersebut dapat disebut pula dengan bakteri indikator polusi atau indikator sanitasi adalah bakteri yang dapat di gunakan sebagai petunjuk adanya polusi feses atau kotoran manusia atau hewan, karena organisme tersebut merupakan organisme komensal yang terdapat didalam saluran pencernaan manusia atau hewan.
Beberapa alasan pemilihan bakteri-bakteri tersebut adalah sebagai berikut :
• Bakteri-bakteri tersebut dapat digunakan sebagai indikator kontaminasi kotoran karena terdapat dalam jumlah besar di dalam kotoran manusia dan hewan, dimana bakteri tersebut merupakan bakteri komensal di dalam saluran pencernaan.
• Bakteri-bakteri tersebut pada umumnya tidak tumbuh di dalam saluran pencernaan organisme lainnya kecuali manusia dan hewan berdarah panas.
• Bakteri indikator harus selalu terdapat di dalam contoh di mana ditemukan mikroorganisme patogen enterik
• Dapat bertahan hidup lebih lama dibanding bakteri jenis lainnya.


DAFTAR PUSTAKA

Fardiaz, Srikandi. 1995. Polusi Air dan Udara. Yogyakarta: PENERBIT KANISIUS

WEBSITE
www.praweda.co.id
http://www.chem-is-try.org/kategori/artikel_kimia/kimia_anorganik/

DASAR-DASAR PENULISAN KARYA ILMIAH

Unknown | 0 comments
DASAR-DASAR PENULISAN KARYA ILMIAH1

Oleh: Darsono2


I.Pengantar
Profesionalisme guru yang didengungkan sejak digulirkannya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menuntut guru untuk memiliki kompetensi profesional di samping kompetensi pedagogik, sosial, dan kepribadian. Kompetensi profesional itu ditandai dengan penguasaan akademik atas bidang ilmu yang digeluti yang dispesialisasikan sejak menempuh studi jenjang diploma (D-4) atau sarjana (S-1). Untuk mencapai kompetensi ini, kemampuan baca-tulis menjadi persyaratan utama karena pengembangan keilmuan memang dilakukan melalui media cetak. Dengan kata lain, seorang guru profesional yang menguasai kompetensi akademik dituntut memiliki kemampuan membaca dan menulis yang baik, terutama membaca dan menulis karya ilmiah. Persoalannya, bagi sebagian besar bangsa Indonesia, membaca dan menulis itu belum menjadi kebiasaan, apalagi kebudayaan, sehingga membaca dan menulis itu menjadi kesulitan tersendiri ketika menjadi kewajiban yang harus dikerjakan.
Penelitian yang dilakukan oleh Chaedar Alwasilah (1994:127—134) terhadap mahasiswa dari Indonesia yang sedang studi di Amerika Serikat menghasilkan temuan yang layak dicermati. Salah satu temuannya menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa Indonesia mengalami kesulitan utama dalam hal menulis paper (makalah), presentasi di depan kelas, dan diskusi. Selain itu, ketika menyajikan makalah, mahasiswa kita kurang percaya diri dan kurang mampu memaparkan bukti-bukti pendukung gagasan (Alwasilah, 1994:129). Mengapa demikian? Hal ini ternyata berkaitan dengan pembelajaran di sekolah-sekolah Indonesia. Para siswa kita tidak diasah atau diajari kemampuan bernalar dan berpikir kritis, yaitu kemampuan berpikir netral, objektif, beralasan atau logis, dan haus akan kejelasan dan ketepatan. Para siswa kita juga tidak (kurang) dibiasakan menganalisis argumentasi secara cermat, mencari bukti-bukti yang sahih, dan menghasilkan simpulan yang mantap. Padahal, kemampuan tersebut merupakan kunci penting dalam kegiatan ilmiah dan penulisan karya tulis ilmiah.
Kurangnya pembelajaran nalar mengakibatkan kurangnya keterampilan berpikir kritis (critical thinking). Ini bisa dilihat dari produktivitas baca-tulis wacana ilmiah-kritis yang relatif rendah. Salah satu penandanya ialah rendahnya buku-buku ilmiah yang diterbitkan, misalnya bila dibandingkan dengan Malaysia. Membaca dan menulis kritis menjadi barang langka. Akibatnya, menulis ilmiah menjadi pekerjaan yang sulit dan bahkan menjadi “momok” yang menakutkan, misalnya bagi mahasiswa yang akan menulis skripsi atau bagi guru yang dituntut menulis untuk kenaikan pangkat/jabatan.
Menulis menjadi pekerjaan sulit bagi sebagian besar orang Indonesia, termasuk orang-orang yang terpelajar. Menurut Teeuw (1994:39), bangsa Indonesia memang terbiasa dengan tradisi lisan atau kelisanan (orality), sedangkan pola kehidupan masyarakat yang menghayati kebudayaan tulis (interiorization of print culture) atau keberaksaraan (written/literacy) tidak pernah dilalui secara mendalam. Ditambah dengan muncul dan berkembangnya teknologi elektronik (audio-visual) secara pesat, baca-tulis semakin jauh dari kebiasaan hidup. Kelisanan ini menghasilkan the oral state of mind yang dicirikan dengan besarnya peran mulut dan telinga. Keberaksaraan menghasilkan the literate state of mind, yang dicirikan (salah satunya) dengan pentingnya peran mata, adanya keterpisahan, menguatnya individualitas, dan tumbuhnya sikap kritis dan pemikiran logis yang mendalam.
Kehadiran karya tulis ilmiah, dalam konteks pelatihan ini, setidaknya bisa dilihat dari dua kepentingan, yaitu kepentingan praktis dan kepentingan ilmiah (teoretis). Berkaitan dengan kepentingan praktis, karya tulis ilmiah diperlukan untuk pengumpulan angka kredit, kenaikan pangkat/jabatan akademik, dan pada akhirnya untuk sertifikasi dalam jabatan guru (dan dosen). Dari sisi ini, kelahiran karya tulis ilmiah tampak secara praktis bersinggungan langsung dengan kehidupan (sosial dan ekonomi). Sebagai kepentingan ilmiah, secara teoretis kelahiran karya tulis ilmiah diperlukan untuk pengembangan ilmu dalam dunia akademik. Sisi ini sangat penting karena beberapa alasan: (1) melalui tulisan, sebuah gagasan memperoleh kesempatan untuk diuji oleh orang lain, (2) dengan cara itu, gagasan dapat dikembangkan, baik oleh penulisnya sendiri maupun orang lain sehingga menjadi pengetahuan umum yang bersifat kumulatif, dan (3) penulisan merupakan institusi tersendiri yang di dalamnya sistem penghargaan (reward) dalam praktik keilmuan dilembagakan (Sparringa, 2007).

II.Menulis sebagai Keterampilan
Dalam ilmu kebahasaan, menulis dipandang sebagai suatu keterampilan. Terdapat empat keterampilan berbahasa yang saling berhubungan, yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan keterampilan menulis. Karena saling berhubungan, keempat keterampilan berbahasa tersebut disebut catur tunggal (Tarigan, 1986), yaitu bahwa keempat keterampilan tersebut saling berhubungan sehingga menjadi sebuah kesatuan.
Sebagaimana diuraikan di atas, menulis dipandang sebagai keterampilan yang paling sulit karena kuatnya tradisi lisan dan tidak tumbuhnya kebiasaan baca-tulis. Meski demikian, bukan berarti bahwa menulis itu tidak bisa dilakukan. Sebagai sebuah keterampilan, menulis bisa diajarkan dan dilatihkan kepada siapa pun. Artinya, keterampilan menulis itu bisa ditumbuhkan dalam diri seseorang melalui kegiatan pembelajaran. Dengan asumsi yang demikian, maka setiap individu diasumsikan memiliki potensi untuk menulis dan potensi itu bisa dikembangkan melalui pembelajaran atau pelatihan.
Sebagai sebuah keterampilan, menulis membutuhkan langkah-langkah atau tahapan tertentu sehingga menulis dipandang sebagai proses (Barrs, 1983 dalam Suparno dan Yunus, 2008). Proses menulis meliputi tiga fase, yaitu prapenulisan, penulisan, dan pascapenulisan. Pada fase prapenulisan, aktivitas yang dilakukan meliputi menentukan topik, mempertimbangkan maksud dan tujuan penulisan, memperhatikan sasaran (pembaca), mengumpulkan informasi pendukung, dan mengorganisasikan ide dan informasi menjadi kerangka karangan. Pada fase penulisan, penulis mengembangkan butir-butir yang terdapat dalam kerangka karangan. Pada tahap pascapenulisan yang merupakan tahap penghalusan dan penyempurnaan buram mencakupi kegiatan penyuntingan dan perevisian.
Menulis juga membutuhkan penalaran. Agar tulisan yang dihasilkan jelas, logis, runtut, jujur, dan mudah dibaca dan dipahami oleh pembaca, diperlukan penalaran. Yang dimaksudkan dengan penalaran adalah proses berpikir untuk menghubung-hubungkan atau membuat kaitan antara bukti, fakta, petunjuk, atau sesuatu yang dianggap bukti, menuju pada simpulan (Keraf, 1984; Moeliono, 1989). Dengan demikian, penalaran merupakan proses berpikir yang sistematis dan logis untuk memperoleh simpulan. Penalaran bisa dilakukan dengan cara induktif, deduktif, maupun gabungan keduanya. Kesalahan penalaran akan menimbulkan kekacauan isi tulisan.


III.Mengenal Bentuk/Ragam Wacana
Pengembangan gagasan ke dalam tulisan dapat dilakukan dengan memilih bentuk atau ragam wacana (baca: tulisan) yang sesuai. Mengacu ke Gorys Keraf (1981; 1983), ragam wacana bisa dibedakan atas eksposisi, deskripsi, argumentasi, narasi, dan persuasi. Kelima bentuk wacana ini menjadi dasar pengembangan tulisan lebih lanjut. Oleh karena itu, keterampilan menulis lima bentuk wacana tersebut penting dalam pengembangan kemampuan menulis karya tulis ilmiah. Pemilihan bentuk/ragam wacana/tulisan disesuaikan dengan isi/substansi yang hendak disampaikan.
Deskripsi adalah ragam wacana yang melukiskan atau menggambarkan sesuatu (tempat, suasana/situasi) berdasarkan kesan-kesan dari (hasil) pengamatan, pengalaman, dan perasaan penulisnya. Sasarannya adalah menciptakan kembali atau menghadirkan kembali kesan-kesan yang dialami penulis ke pembaca. Dengan demikian, deskripsi yang baik adalah deskripsi yang bisa menciptakan imajinasi pembaca seolah-olah pembaca mengamati, mengalami, dan merasakan sendiri sebagaimana yang diamati, dialami, dan dirasakan penulisnya.
Narasi adalah ragam wacana yang menceritakan proses kejadian suatu peristiwa. Tulisan narasi bertujuan memberikan gambaran yang sejelas-jelasnya kepada pembaca mengenai proses terjadinya suatu peristiwa, meliputi tahap, langkah, urutan, atau rangkaian kejadian. Narasi tidak hanya digunakan dalam karya fiksi (cerpen, novel, drama), tetapi juga digunakan untuk menyampaikan gagasan dalam tulisan ilmiah (nonfiksi).
Eksposisi merupakan ragam wacana yang dimaksudkan untuk menjelaskan, menyampaikan, atau menguraikan sesuatu (fenomena, fakta, konsep, teori) sehingga dapat menambah dan memperluas pandangan dan pengetahuan pembaca. Tulisan eksposisi hanya dimaksudkan untuk menginformasikan atau menerangkan, bukan mempengaruhi pikiran, sikap, dan perilaku pembacanya.
Argumentasi merupakan ragam wacana yang dimaksudkan untuk meyakinkan pembaca tentang kebenaran informasi yang disampaikan. Untuk meyakinkan pembaca, penulis biasanya menyajikan pikiran-pikirannya secara cermat, logis, kritis, sistematis, dan objektif. Untuk memperkuat alasan-alasan (argumentasi) logis-rasional yang dikembangkan, penulis argumentasi juga memasukkan data, bukti, dan pendukung lainnya yang sesuai. Dengan demikian, argumentasi yang dibangun bisa diterima dan diyakini oleh pembaca.
Persuasi merupakan ragam wacana yang dimaksudkan untuk mempengaruhi sikap, pandangan, pendapat, dan perilaku pembaca dengan lebih menggunakan pendekatan emosional. Berbeda dengan argumentasi yang lebih bersifat rasional-objektif, penggunaan data dan bukti dalam tulisan persuasi sering dimanipulasi atau dilebih-lebihkan, sebagaimana tampak dalam iklan, propaganda, kampanye, dan tulisan-tulisan lain yang sejenis.
Sebuah tulisan bisa menggunakan berbagai ragam tersebut secara variatif. Ini berarti bahwa dalam sebuah tulisan bisa digunakan lebih dari satu ragam wacana, meski tetap ada salah satu ragam wacana yang menonjol. Variasi penggunaan berbagai ragam ke dalam satu tulisan secara tepat akan menjadikan tulisan lebih menarik dan enak untuk dibaca.


IV.Penelitian sebagai Dasar Penulisan Ilmiah
Sebagai karya tulis yang didasarkan pada kegiatan ilmiah, maka penelitian merupakan dasar pijakan dalam penulisan karya tulis ilmiah. Karya tulis ilmiah itu hanya dapat dibuat atas dasar penelitian. Dengan kata lain, karya tulis ilmiah (terutama laporan penelitian) merupakan produk yang dihasilkan oleh penelitian; ia merupakan produk primer penelitian dan merupakan “gerbong” terakhir dalam rangkaian panjang penelitian. Oleh karena itu, kebenaran penelitian menjadi dasar kebenaran tulisan ilmiah. Bila penelitian yang dilakukan diwarnai dengan manipulasi, maka tulisan ilmiah yang dihasilkan juga mengandung warna manipulatif. Sebaliknya, kalau penelitian dilakukan dengan prosedur yang bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka sangat mungkin tulisan yang dihasilkan juga bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Perlu disampaikan bahwa hubungan antara penelitian dengan penulisan karya tulis ilmiah memang tidak selalu simetris (bdk. Yuwana, 2006). Memang benar bahwa ada tulisan ilmiah (baca: laporan penelitian) yang benar-benar mencerminkan pelaksanaan penelitian, tetapi kenyataan menunjukkan bahwa demikian banyak tulisan ilmiah yang kurang atau berlebihan dalam memotret penelitian. Akibatnya, banyak informasi penting yang terabaikan; atau kebalikannya, banyak informasi tidak penting yang terliput. Pada sisi lain, banyak pula tulisan ilmiah yang diidentifikasi berisi apa yang tidak seharusnya dilaporkan.
Penelitian ilmiah banyak jenisnya; selain penelitian tindakan kelas (PTK) yang saat ini sedang hangat diperbincangkan, ada penelitian dasar (basic research) dan penelitian terapan (applied research), penelitian pustaka (library research) dan penelitian lapangan (field research), penelitian deskriptif (descriptive researh) dan penelitian eksperimental (experimental research), dll. (Nazir, 2003). Tiap jenis penelitian memiliki kekhususan sehingga jenis penelitian yang satu berbeda dengan jenis penelitian yang lain. Perbedaan jenis penelitian akan berdampak pada perbedaan model karya tulis ilmiah yang dihasilkan. Oleh karena itu, penyusunan laporan penelitian disesuaikan dengan format, model, atau sistematika yang (biasanya) sudah ditentukan oleh pemberi dana atau oleh institusi pelaksana penelitian. Bagian-bagian yang ada dalam sistematika laporan penelitian biasanya sudah sangat jelas tertulis dalam pedoman penyusunan laopran yang disediakan oleh lembaga yang bersangkutan.
Yang penting pada bagian ini adalah penulis karya tulis ilmiah hendaknya memahami dengan baik penelitian yang dilakukan. Pemahaman atas penelitian akan sangat membantu dalam menuliskan hasilnya dalam tulisan ilmiah. Kebalikannya, kesalahan pemahaman atas penelitian akan berakibat pada kesalahan (konseptual) dalam karya tulis ilmiah.


V.Karya Tulis Ilmiah
Sebagai hal yang utama, pembahasan mengenai karya tulis ilmiah ini dirinci menjadi beberapa bagian. Setidaknya, ada empat hal penting yang perlu dibahas, yaitu (1) pengertian, (2) ciri karya tulis ilmiah, (3) ketentuan penulisan, dan (4 penguasaan penulis.

5.1Pengertian
Karya ilmiah atau karangan ilmiah atau karya tulis ilmiah berbeda (dan sering dikontraskan) dengan karya fiksi (nonilmiah). Ketika ditanya, “apakah karya tulis ilmiah itu?”, tidak mudah menjawabnya dengan pengertian yang ringkas. Relatif sulit untuk menarik garis tegas antara karya tulis ilmiah dengan karya tulis nonilmiah (fiksi) karena keduanya merupakan suatu kontinum. Dengan demikian, antara ilmiah dan fiksi terdapat rentang yang panjang di antara batas ekstrem keduanya.
Pengertian karya tulis ilmiah telah dikemukakan oleh beberapa orang. Bratawidjaja (1995 dalam Soeparno, 1997) mengartikan karya ilmiah sebagai suatu karya yang didasarkan pada ilmu pengetahuan yang menyajian fakta dan ditulis menurut metodologi penulisan yang benar. Dengan demikian, karya ilmiah itu harus memenuhi syarat dan hukum ilmu pengetahuan dan metode penulisan ilmiah. Dengan bahasa yang lebih ringkas, Soeparno (1997:51) mengartikan karya tulis ilmiah sebagai suatu tulisan yang berisi suatu permasalahan yang diungkapkan dengan metode ilmiah.
Pengertian tersebut mengimplikasikan adanya pengertian lain yang perlu dipahami, yaitu kegiatan ilmiah. Kegiatan ilmiah merupakan kegiatan dalam bidang ilmu tertentu yang dikerjakan atas dasar metode ilmiah. Kegiatan ilmiah, yang biasanya disebut penelitian/riset, adalah kegiatan yang terencana dan sistematis untuk menemukan atau memperoleh kebenaran ilmiah (pengetahuan ilmiah) dan prosesnya didasarkan pada pendekatan yang didukung oleh pemahaman teori. Dalam hal ini, kegiatan ilmiah didasarkan atas ontologi (bidang kajian), epistemologi (cara kerja), dan aksiologi (nilai dan manfaat). Metode ilmiah merupakan cara kerja untuk memperoleh kebenaran yang rasional, logis, dan empiris, serta dapat diverifikasi (diuji ulang).
Hasil kegiatan ilmiah yang disajikan dalam bentuk tertulis menjadi karya tulis ilmiah. Oleh karena itu, sebagaimana yang sudah diuraikan di bagian terdahulu, karya ilmiah ditulis atas dasar kegiatan ilmiah atau penelitian.

5.2Ciri Karya Tulis Ilmiah
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dirumuskan ciri karya tulis ilmiah. Berikut dikutip ciri-ciri karya tulis ilmiah yang telah dirumuskan oleh beberapa ahli.
Menurut Soeparno (1997:51—52), karya tulis ilmiah berciri:
1.mengungkapkan masalah dan pemecahannya secara ilmiah
2.didukung oleh fakta dan data
3.bersifat tepat, lengkap, dan benar
4.pengembangannya dilakukan secara sistematis dan logis
5.bersifat netral (tidak memihak) dan tidak emosional
Bratawidjaja (1995 dalam Soeparno, 1997) memberikan ciri-ciri karya tulis ilmiah sebagai berikut:
1.menyajikan fakta objektif secara sistematis
2.tidak emotif
3.tidak memuat pandangan-pandangan tanpa pendukung
4.ditulis dengan tulus dan memuat kebenaran
5.tidak melebih-lebihkan karena hanya menyajikan kebenaran
Sparringa (2007) memberikan ancangan ciri-ciri penulisan ilmiah yang relatif lebih lengkap, yaitu
1.jernih, tidak mengandung ambiguitas
2.konseptual, tidak “sembarangan”
3.netral, tidak bias, tidak emosional
4.logis, mengikuti ketentuan logika berpikir
5.sistematis, bebas dari logika berpikir internal
6.ekspresif, merupakan ekspresi pikiran dengan bahasa yangbaik dan benar
7.komunikatif, mudah dipahami orang lain (terutama yang sebidang ilmu)
8.etis, sesuai dengan norma intelektual-keilmuan.

5.3Ketentuan Penulisan
Setiap jenis karya tulis ilmiah memiliki format, model, atau sistematika penulisan yang berbeda. Meski demikian, terdapat ketentuan-ketentuan yang bersifat umum. Oleh karena itu, berikut dibahas secara ringkas ketentuan umum yang terdapat dalam hampir setiap karya tulis ilmiah, terutama yang berbentuk laporan penelitian.

5.3.1Ketentuan Umum
Ada beberapa ketentuan umum yang perlu diperhatikan, di antaranya
a.ukuran dan jenis kertas, HVS kuarto atau A-4
b.cara pengetikan, penggunaan huruf, spasi, dll.
c.penggunaan pias (margin)
d.penggunaan nomor halaman (penomoran)

5.3.2 Sistematika
Secara umum, karya tulis ilmiah (baca: laporan penelitian) menggunakan sistematikan dengan memperhatikan urutan berikut.
1.Bagian awal (halaman judul/sampul, halaman pengesahan, abstrak, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel [kalau ada], daftar grafik [kalau ada], daftar gambar [kalau ada], daftar lambang/singkatan [kalau ada], dan daftar lampiran)
2.Bagian inti atau tubuh, biasanya dibagi menjadi beberapa bab:
a. Bab I pendahuluan, terdiri atas latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat hasil penelitian, hipotesis (bila diperlukan)
b.Bab II kajian pustaka, mencakup kajian teori, temuan penelitian terdahulu yang relevan, kerangka pemikiran
c.Bab III metode penelitian, mencakupi pendekatan, metode, instrumen, data, lokasi dan waktu penelitian, subjek penelitian, prosedur penelitian
d.Bab IV hasil penelitian dan pembahasan: hasil penelitian, pembahasan
e.Bab V simpulan dan saran, berisi simpulan hasil penelitian dan saran yang bisa disampaikan.
3.Bagian akhir berisi daftar rujukan dan lampiran (contoh: instrumen penelitian, data penelitian, bukti lain pelaksanaan penelitian
(Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi, 2006:20—23).
Bila tulisan ilmiah dibuat pendek, misalnya dalam bentuk artikel ilmiah untuk dipublikasikan melalui jurnal, setidaknya ada 4 hal pokok yang mesti ada dalam karya tulis ilmiah, yaitu masalah (rumusan masalah beserta latar belakangnya), landasan teori atau perspektif teoretis (setidaknya berupa kajian pustaka dari sumber-sumber pustaka yang relevan), analisis (memerlukan data dengan semua penjelasan yang dibutuhkan), dan hasil analisis (berupa simpulan yang diperoleh).


5.3.3 Pengorganisasian
Untuk memudahkan penyusunan (bagi penulis) dan memudahkan pemahaman tulisan (bagi pembaca), tulisan ilmiah perlu diorganisasikan secara baik. Organisasi karya tulis ilmiah merupakan pengaturan bagian-bagian tulisan yang ditandaii dengan pemberian label (nomor) untuk bagian-bagian tersebut.
Ada dua tipe pengorganisasian yang umum dikenal, yaitu (1) tipografi gabungan angka dan huruf dan (2) tipografi kesatuan desimal. Tipografi gabungan angka dan huruf adalah cara penyusunan bagian-bagian tulisan dengan menggunakan secara berurutan dan bergantian antara angka dan huruf; secara berurutan menggunakan angka Romawi (I, II, III, IV, dst.), huruf besar (A, B, C, D, E, dst.), angka (1, 2, 3, 4, dst.), dan huruf kecil (a, b, c, dst.). Tipografi kesatuan desimal merupakan cara menyusun bagian-bagian tulisan dengan menggunakan angka desimal yang menggunakan titik.

5.4Penguasaan Penulis
Seorang penulis karya tulis ilmiah dipersyaratkan menguasai empat hal pokok, yaitu substansi/isi/teori/keilmuan, logika berpikir, kebahasaan, dan teknik penulisan ilmiah

5.4.1 Penguasaan Subtansi Keilmuan
Hal penting yang perlu dikuasai penulis adalah materi/substansi/teori keilmuan yang berkaitan dengan topik yang akan ditulis. Penguasaan materi menjadi dasar penulisan karya tulis ilmiah karena memang substansi inilah yang menjadi gagasan sentral yang akan dikembangkan dalam tulisan. Pendekatan, teori, konsep, dan hal-hal mendasar yang lain dikembangkan berdasarkan disiplin keilmuan. Oleh karena itu, keahlian dan kepakaran seseorang dalam bidang ilmu yang akan ditulis menjadi penting.

5.4.2 Penguasaan Logika
Logika berkaitan dengan struktur berpikir, meliputi
a.alur (melompat-lompat atau tidak)
b.pola (deduktif, induktif, atau gabungan)
c.kelengkapan (premis mayor, minor, konklusi)
d.sistemik (kesesuaian internal)
e.kedalaman pemikiran
f.kompleksitas (simplifikasi, intensifikasi, ekstensifikasi)

5.4.3 Penguasaan Kebahasaan
Penguasaan kebahasaan menjadi komponen yang penting dalam menulis karya ilmiah. Penguasaan kebahasaan ini meliputi penguasaan ejaan (baku atau tidak), cara penulisan (penggunaan tanda baca), pilihan kata (diksi sesuai dengan konsep), struktur kalimat (lengkap, bukan yang fragmentaris), efisiensi dan efektivitas (padat konsep), pengembangan paragraf, dan wacana.

5.4.4 Penguasaan Teknik Penulisan
Karena karya ilmiah memiliki tata cara tersendiri, penulis perlu menguasai teknik penulisan karya tulis ilmiah. Hal-hal yang perlu dikuasai meliputi
a.tata cara pengutipan (membuat kutipan, sumber, dan kepustakaan)
b.peringkasan gagasan
c.pengintegrasian/hubungan antargagassan
d.pembangunan dan pengembangan argumentasi
e.konsisten
f.gaya penulisan

VI.Penutup
Karena belum terbiasa, menulis menjadi sulit dilakukan. Banyak orang merasa kesulitan ketika harus menulis. Ide-ide yang baik memang banyak, tetapi menuliskan ide itu ke dalam suatu tulisan (apalagi tulisan ilmiah) bukan pekerjaan mudah. Untuk mengatasi hal ini, kita mesti ingat satu hal penting. Menulis itu keterampilan. Siapa pun bisa menulis (karya tulis ilmiah). Apalagi orang-orang terpelajar yang sudah sarjana. Apa kuncinya? Berlatih dan berlatih.
Selamat berlatih.

DAFTAR PUSTAKA


Alwasilah, A. Chaedar. 1994. “Ancangan Kurikulum Dasar: Dorongan agar Siswa Nalar”. Dalam Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia II, Kurikulum untuk Abad ke-21. Jakarta: Grasindo.

Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi. 2006. Pedoman Penyusunan Usulan dan Laporan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Jakarta.

Keraf, Gorys. 1981. Eksposisi dan Deskripsi. Ende Flores: Nusa Indah.

Keraf, Gorys. 1983. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: Gramedia.

Keraf, Gorys. 1986. Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Berbahasa. Cet. ke-9. Ende Flores: Nusa Indah.

Moeliono, Anton M. 1989. Kembara Bahasa: Kumpulan Karangan Tersebar. Jakarta: Gramedia.

Nazir, Moh. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Rifai, Mien. 1997. Pegangan Gaya Penulisan, Penyuntingan, dan Penerbitan Karya Ilmiah Indonesia. Cet. ke-2. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Soeparno, dkk. 1997. Bahasa Indonesia untuk Ekonomi. Yogyakarta: Penerbit Ekonosia UII.

Sparringa, Daniel. 2007. “Penulisan Akademik: Sebuah Pengantar”. Makalah untuk kuliah di Program Pascasarjana Unair.

Sugihastuti. 2000. Bahasa Laporan Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Suparno dan Mohamad Yunus. 2008. Keterampilan Dasar Menulis. Cet. ke-16. Jakarta: Universitas Terbuka.

Tarigan, Henry Guntur. 1986. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Teeuw, A. 1994. Indonesia antara Kelisanan dan Keberaksaraan. Jakarta: Pustaka Jaya.

Yuwana, Setya. 2006. “Laporan Penelitian Tindakan Kelas”. Makalah disajikan dalam Pelatihan Penelitian Tindakan Kelas bagi Dosen dan Mahasiswa FBS Unesa 29 Desember.